GKI Harapan Jaya

Friday, February 13, 2009

Menggugat Arogansi Kekristenan - Jesus and the Other Names (Paul F. Knitter)


by Alexander Urbinas

Paul F. Knitter adalah Guru Besar Teologi di Xavier University di Cincinnati. Ia mendapatkan Licentiat Teologi dari Pontifical Gregorian University di Roma dan belajar di bawah bimbingan Karl Rahner sebelum menjadi orang Katolik pertama yang mendapatkan gelar Doktor Teologi dari Department of Protestant Theology di University of Marburg. Lewat buku Menggugat Arogansi Kekristenan (Jesus and the Other Names), Knitter ingin menunjukkan bahwa kalaupun memang ada alasan mengapa orang Kristen dapat dan harus terus menyatakan bahwa tidak ada nama lain (ct: Kis 4:12), alasan itu tidak menghilangkan kemungkinan, bahkan keharusan, untuk memajukan pembicaraan dan kerja sama antara Yesus dan tokoh-tokoh agama lain dalam sejarah dan jaman kita. Knitter akhirnya mengajukan untuk berdialog dengan “yang lain” melalui tolak ukur pengalaman dan iman Kristen.

  Knitter melihat memang seringkali sebagai orang-orang Kristen, kita sering terbentur dan tidak mampu berdialog karena adanya Sabda Perutusan Allah (Amanat Agung). Ia menawarkan perlunya kesadaran atau iman kosmologis yang mengundang umat beragama untuk melakukan dialog inter-religius dan bersifat kritis.
 Misteri Allah sesungguhnya memang telah dinyatakan lewat inkarnasi Yesus dalam Kristus, hal itu tidak dapat dihilangkan. Akan tetapi Misteri Allah tidak dapat melekat pada satu agama, Misteri Allah tidaklah sederhana tetapi plural. Inilah isi terdalam dan pengajaran Kristen mengenai Trinitas. Keilahian tidak hanya dapat difenisikan satu, karena Allah tidak terbatas dan tidak dapat didefinisikan. Kasih Allah sendiri tidak terbatas, secara universal menekankan kasih terhadap semua manusia, dimana manusia juga harus memanifestasikan kasihnya juga kepada sesama.
 Beberapa teolog kontemporer menyebutkan alasan mengapa jemaat Kristen perdana membuat begitu banyak pengakuan mengenai Yesus sebagai “satu dan satu-satunya” adalah karena mereka tidak mengalami pluralisme religus sebagaimana kita alami sekarang ini. Penegasan akan keilahian Kritstus menempatkan Kristus bukan pada posisi superioritas tetapi dalam posisi kedaulatan. Tidak seorang pun dapat menggunakan keilahian Kristus untuk mengalahkan yang lain.
  Oleh karena itu menurut Knitter keunikan perlu ditinjau kembali. Berbicara mengenai ortodoksi (ajaran yang dinggap benar) dalam iman Kristen tidaklah terlepas dari bahasa Perjanjian Baru mengenai Yesus, salah satunya mengenai gelar yang diberikan kepada Yesus seperti Anak Allah, Penyelamat, dan Sabda Allah. Gelar-gelar tersebut tampaknya menempatkan Yesus dalam kategori superior terhadap semua pendiri dan pemimpin agama lain. Bagi Knitter kini kita harus melangkah lebih lagi dari ortodoksi menuju ortopraksis (tindakan benar). Gambaran Yesus sebagai “satu dan satu-satunya” adalah bahasa aksi atau bahasa performatif. Kita harus mengikuti dan bertindak seperti Yesus.
  Yesus adalah inkarnasi Allah tetapi tidak identik dengan Allah. Umat Kristen tidak dapat membanggakan Sabda definitif Allah dalam Yesus. Sabda Allah yang menyelamatkan di dalam Yesus tidak dapat diagung-agungkan dan dianggap sebagai yang tidak tertandingi, seolah-olah Allah tidak dapat diwahyukan lebih banyak kepenuhan-Nya dalam berbagai cara yang lain pada waktu yang lain. Sabda Allah dalam Yesus bersifat universal, tidak hanya bagi umat Kristen tetapi bagi semua orang sepanjang jaman. Dengan kata lain mengenal Yesus Kristus berarti merasa bahwa orang-orang lain, Muslim misalnya, perlu mengenal Dia juga. Hal ini berarti bahwa mereka perlu mengakui dan menerima kebenaran yang diwahyukan-Nya (tidak berati mereka akan menjadi komunitas Kristen). 
  Inilah yang menjadi garis besar penafsiran kembali keunikan Yesus. Dia bukan kebenaran Allah yang total, definitif, tidak tertandingi, tetapi Dia membawa suatu warta yang universal, menentukan, dan sangat perlu. Interpretasi baru mengenai keunikan Yesus ini mencoba mengembangkan transformasi pada agama-agama lain. Menggambarkan Yesus sebagai unik berarti melihat Dia berdiri seorang diri saja. Dia harus berdiri dengan yang lain. Sebuah keunikan relasional, bukan keunikan individual.

Tanggapan saya atas buku Knitter ini adalah : Keunikan agama Kristen tidak dapat diabaikan, demikian pula dengan keunikan yang dimiliki oleh agama-gama lain. Kebanyakan teologi-teologi gereja yang berkembang saat ini, melihat wacana Kristen mengenai keunikannya dalam Yesus telah berkembang hingga menjadi kepastian, kemutlakan, kenormatifan, keunggulan unik agama Kristen dibandingkan dengan agama-agama lain di dunia. Namun, kini realitas dunia dihadapi dengan kemajemaukan. Melalui buku ini ingin diperlihatkan bahwa perubahan pluralistis sedang terjadi.
  Kemajemukan adalah sebuah realitas kini yang tidak dapat dihindari, sehingga kita tidak mungkin menutup mata pada keberadaan yang lain. Sebagai umat Kristen kita kerap terjebak pada partikularitas yang dimiliki oleh Yesus. Partikularitas ini akhirnya menutup ke-universalitasan kasih Allah, pekerjaan-Nya dan terutama kedaulatan-Nya. Kita secara arogan pada akhirnya membatasi ketidakterbatasan Allah. Allah itu tersembunyi dan tidak dapat didefinisikan. Kesombongan manusia dalam mendefinisikan-Nya sama saja dengan mereduksi Allah sendiri. Allah tidak saja bekerja bagi orang Kristen, tetapi juga bagi agama-agama lain (Islam, Budha, Hindu,dll).
  Agar dapat mewujudkan kedamaian dalam dunia yang pluralis adalah dengan mengingat persekutuan trinitas (Allah, Kristus, dan Roh Kudus). Sebagai umat Kristen, maka kita juga dituntut untuk mewujudkan persekutuan yang trinitaris yang bersifat korelasional kepada sesama manusia. Kristus sebagai Juru Selamat satu-satunya (the one and only) tak boleh dipandang secara hurufiah, melainkan sebagai sebuah ungkapan konfesional. Untuk mewujudkan dialog-korelasional menuju pluralisme, maka kita harus beranjak dari perspektif yang teologis-dogmatis menuju suatu perspektif yang teologis-etis. Rasul Paulus dalam Efesus 3:1-13 mengatakan bahwa bukan hanya orang Yahudi yang akan diselamatkan tetapi juga non-Yahudi, jelaslah nilai ke-universalitasan ditekankan. Sebagai umat Kristen hal utama yang perlu dilakukan adalah dengan menghadirkan Kerajaan Allah –yang dijelaskan Knitter- di dalam dunia (Mat 6:33).

No comments:

Post a Comment