GKI Harapan Jaya

Monday, March 21, 2011

Bola, Pemain, dan Komentator

... untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan (Efesus 4:11-12)

Minggu malam beberapa waktu lalu adalah Final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Malam itu, aku (beramai-ramai tepatnya) sedang asyik nonton pertandingan sepakbola. Tim favoritku sedang berlaga! Pasti seru pertandingan itu! Seperti biasa sebuah siaran langsung pertandingan sepak bola selalu dilengkapi dengan komentator pertandingan. Diawal pertandingan menurut pendapatku apa yang dikatakan komentator pertandingan itu sangatlah luar biasa. Awal pertandingan pun nampaknya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh komentator.
Sampai pada suatu adegan dimana seorang penyerang mendapat umpan dari teman setimnya. Dengan manis dia menghentikan bola yang melaju deras itu, menjaganya dari sergapan lawan. Lalu dengan cantik ia membelokkan bola sekaligus mengecoh penjaga gawang. Ia hanya berhadapan dengan gawang sekitar 12 x 2.25 meter yang kosong melompong setelah ditinggal tuannya.
Penonton sudah bersorak, "Gol!!" Waktu seakan berhenti sejenak. Penyerang itu menendangnya. Dug! Jantungku seakan berdetak lebih keras saat menyadari tendangannya hanya melambung tipis. Sontak aku berteriak, "Payah!!! Begitu saja tidak Gol."
Selepas berujar demikian, aku teringat memori 12 tahun lalu saat penyelenggaraan Piala Dunia 1998 yang mempertemukan Brasil dan Perancis di Final, kurang lebih mirip cara berteriakku tadi, ketika saat itu Ronaldo gagal menyelesaikan peluang emasnya di mulut gawang.
Kakekku yang mendengar saat itu hanya tersenyum. Ia berkata, "Kamu tidak merasakan apa yang penyerang itu rasakan. Kamu tidak melihat apa yang ia lihat dan kamu tidak mendengar apa yang ia dengar".

"Mungkin saja gawang begitu besarnya yang kau lihat hanya sebesar rumah semut di matanya. Mungkin saja suara pendukungnya terdengar seperti dentingan jarum jatuh saat kau sedang tenggelam dalam keseriusanmu. Dan sesungguhnya, kita tidak berhak mengadili atau menghakimi sesuatu apabila kita tidak terlibat di dalamnya. Karena kita tidak tau apa yang dirasakan oleh para pemain."

Saat jeda pertandingan, komentator ramai menjelaskan analisanya tentang bagaimana gol itu tidak jadi lahir. Rata-rata komentar mereka terdengar lebih pintar daripada sang pemain atau bahkan dari sang pelatih. Aku mengiyakan apa yang dikatakan kakek silam, "Komentar apapun tidak akan merubah hasil pertandingan. Karena komentator itu tidak terlibat di dalamnya. Ia tidak akan merasakan suasana pertandingan yang sesungguhnya. Lagipula, apa pemain mendengarkan komentarnya? Selagi para komentator ini mengobral suaranya di sini, pemain mendengarkan instruksi pelatihnya. Yang dapat merubah hasil pertandingan hanyalah para pemain."

Kemudian di telingaku terngiang kalimat yang aku dengar sebelumnya. Dan kali ini kubisikkan pelan-pelan kepada komentator itu, meskipun aku sangat yakin ia tidak akan mendengar, "Dan sesungguhnya, kita tidak berhak mengadili atau menghakimi sesuatu apabila kita tidak terlibat di dalamnya. Karena kita tidak tau apa yang dirasakan oleh para pemain".
Dalam dunia pelayanan di gereja, seringkali kita hanya mau menjadi penonton daripada pemain. Omong-omong mengenai penonton, ada sesuatu yang unik sehubungan dengan penonton khususnya penonton olah raga sepak bola. Ada sebagian penonton yang sangat fanatik dengan kesebelasan favoritnya. Mereka mengoleksi atribut-atribut kesebelasan yang mereka dukung dan melakukan apa saja untuk memberi semangat agar kesebelasan dukungan mereka menang. Padahal mereka tidak mendapat keuntungan sedikit pun kalau kesebelasan favorit mereka menang. Yang unik lagi sehubungan dengan penonton sepak bola ialah komentar-komentar penonton yang "membodoh-bodohkan" pemain yang gagal menyarangkan bola ke gawang lawan, padahal penonton itu sendiri tidak becus menendang bola. Memang penonton paling jago berkomentar!
Dalam gereja banyak anggota jemaat yang memilih menjadi penonton. Tapi bukan penonton sepak bola! Tapi penonton pekerjaan pelayanan. Menurut hasil survey di kebanyakan gereja, hanya 10 persen dari seluruh anggota gereja yang terlibat dalam pelayanan. Padahal Firman Tuhan dalam Efesus 4:12 mengatakan bahwa semua orang Kristen harus menjadi pemain-pemain dalam pekerjaan pelayanan. Dengan menjadi pelayan Tuhan kita mengucap syukur atas anugerah keselamatan yang kita terima dan kita akan mengalami sukacita tersendiri dalam melayani Tuhan juga kita akan mendapat upah dari pelayanan kita.

Maka, jadilah pemain, tidak hanya menonton dalam pekerjaan Tuhan!

No comments:

Post a Comment