GKI Harapan Jaya

Thursday, December 6, 2012

Belajar Dari Pengalaman Si Ucup



           

"Jikalau seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri,
bagaimanakah ia dapat mengurus jemaat Allah" (I Tim 3:5)
   


                Seorang GSM bertanya kepada anak Sekolah Minggunya yang bernama Ucup, "Ucup, maukah nanti jadi guru sekolah minggu?"
Ucup pun sontak menjawab, " Mau kak!"
Pertanyaan sang GSM belum berhenti disitu, ia kembali bertanya, " Kalau jadi penatua seperti papi, mau gak?"
Raut muka Ucup berubah suram dan berkata: "Nggak mau, kak! Papi sibuk melulu. Nggak ada waktu liburan denganku."
                Pandangan dan perasaan Ucup bisa jadi tidak jauh berbeda dengan keluarga kita. Contohnya, ketika salah satu anggota keluarga kita terpanggil menjadi penatua, pendeta, atau aktivis gereja. Dari awalnya kita mendukung si "terpanggil", lambat laun berubah menjadi pendemonya. Mungkin ini karena kita merasa "si terpanggil" lebih sibuk mengurus pelayanan gerejanya ketimbang keluarganya. Kalau sudah begini, pelayanan tidak lagi menjadi berkat.
                Lalu apa yang Alkitab katakan mengenai ini? I Tim 3:5 menyampaikan bahwa keluarga tidak kalah penting untuk dilayani ketimbang pelayanan jemaat. Atau kalau mau menggunakan kalimat singkat menggunakan bahasa sehari-hari ayat ini berkata, "kalau gak bisa ngurus keluarga, ya gak usah ngurus pelayanan jemaat!"
                Memang banyak orang sulit untuk mengelola dirinya dalam menggunakan waktu, ketika aktif dalam pelayanan. Roh terasa menyala-nyala. Akibatnya, urusan keluarga pun menjadi urusan belakangan. Anggota keluarga lain pun merasa seperti si Ucup. Kegiatan pelayanan dilihat sebagai "parasit" dan menjadi pelayan adalah "hantu".
                Melalui surat Timotius kita dapat belajar dua hal. Pertama, jadikan keluarga bukan sebagai tempat persinggahan. Tetap sediakan waktu kebersamaan keluarga dengan memanfaatkan waktu libur kerja/weekend. Hidupilah juga persekutuan keluarga setiap hari, sehingga buah pelayanan juga nyata bagi keluarga. Lalu jangan menjadi "singa" di rumah, tetapi "merpati" di gereja. Ingat! Keluarga Anda adalah ruang cinta kasih Allah, yang harus juga merasakan cinta kasih Allah.
                Kedua, jangan jadikan pelayanan sebagai tempat pelarian. Pelayanan adalah pengucapan syukur dan tanggung jawab. Bukan sisa-sia waktu! Tidak pas kita rajin ikut kegiatan gereja karena pusing dengan urusan rumah. Bereskan dulu urusan rumah, sebelum berpelayanan! Karena keluarga pun adalah ruang cinta kasih Allah, dimana cinta kasih itu harus turut kita nyatakan.
                Kami belajar dari pengalamanmu, Cup! Semoga papi si Ucup membaca ini. Semoga si Ucup kelak dapat menjadi penatua atau pendeta. Semoga keluarga Ucup menghidupi cinta kasih Allah. Apakah ada anggota keluarga kita yang merasa seperti si Ucup?

No comments:

Post a Comment