"Jikalau seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri,
bagaimanakah ia dapat mengurus jemaat Allah" (I Tim 3:5)
Seorang
GSM bertanya kepada anak
Sekolah Minggunya yang bernama Ucup,
"Ucup, maukah nanti jadi guru sekolah minggu?"
Ucup pun sontak menjawab,
" Mau kak!"
Pertanyaan sang GSM belum berhenti disitu, ia kembali bertanya,
" Kalau jadi penatua seperti papi, mau gak?"
Raut muka Ucup berubah suram dan berkata: "Nggak mau, kak!
Papi sibuk melulu. Nggak ada waktu liburan denganku."
Pandangan dan perasaan Ucup bisa
jadi tidak jauh berbeda dengan keluarga kita. Contohnya, ketika
salah satu anggota keluarga
kita terpanggil menjadi penatua, pendeta, atau aktivis gereja. Dari awalnya kita mendukung si
"terpanggil", lambat laun berubah menjadi pendemonya. Mungkin ini karena kita merasa "si terpanggil" lebih sibuk mengurus pelayanan
gerejanya ketimbang keluarganya. Kalau sudah begini, pelayanan tidak lagi menjadi berkat.
Lalu apa yang Alkitab katakan
mengenai ini? I Tim 3:5 menyampaikan bahwa keluarga tidak kalah penting untuk
dilayani ketimbang pelayanan jemaat. Atau kalau mau menggunakan kalimat singkat
menggunakan bahasa sehari-hari ayat ini berkata,
"kalau gak bisa ngurus keluarga, ya gak usah ngurus pelayanan
jemaat!"
Memang banyak orang sulit untuk
mengelola dirinya dalam menggunakan waktu, ketika aktif dalam pelayanan.
Roh terasa menyala-nyala. Akibatnya, urusan keluarga pun menjadi urusan
belakangan. Anggota keluarga lain pun merasa seperti si Ucup. Kegiatan
pelayanan dilihat sebagai "parasit" dan menjadi pelayan adalah
"hantu".
Melalui surat Timotius kita
dapat belajar dua hal. Pertama, jadikan keluarga bukan sebagai tempat
persinggahan. Tetap sediakan waktu kebersamaan keluarga dengan memanfaatkan
waktu libur kerja/weekend. Hidupilah juga persekutuan keluarga setiap hari,
sehingga buah pelayanan juga nyata bagi keluarga. Lalu jangan menjadi
"singa" di rumah, tetapi "merpati" di gereja. Ingat!
Keluarga Anda adalah ruang cinta kasih Allah, yang harus juga merasakan cinta
kasih Allah.
Kedua, jangan jadikan pelayanan
sebagai tempat pelarian. Pelayanan adalah pengucapan syukur dan tanggung jawab.
Bukan sisa-sia waktu! Tidak pas kita rajin ikut kegiatan gereja karena pusing
dengan urusan rumah. Bereskan dulu urusan rumah, sebelum berpelayanan! Karena
keluarga pun adalah ruang cinta kasih Allah, dimana cinta kasih itu harus turut
kita nyatakan.
Kami belajar dari pengalamanmu, Cup! Semoga
papi si Ucup membaca ini. Semoga si Ucup kelak dapat menjadi penatua atau
pendeta. Semoga keluarga Ucup menghidupi cinta kasih Allah. Apakah ada anggota
keluarga kita yang merasa seperti si Ucup?
No comments:
Post a Comment