GKI Harapan Jaya

Thursday, March 11, 2010

MENGAPA HARUS SAULUS “SI PEMBANTAI” ITU YANG DIPAKAI TUHAN?!


Dalam setiap kesempatan Pemahaman Alkitab (PA), pertanyaan yang kerap kali muncul ketika mengelaborasi setiap peristiwa yang tercantum di dalam Alkitab adalah “mengapa...?”, “kok bisa...?”, “kok dia...?”, “kok begitu...?”. Intinya kita penasaran atas cara kerja Tuhan yang luar biasa misterius sekaligus menggetarkan (mysterium tremendum et fascinans), tidak dapat dinalar atau dilogikakan, dan kadang (bahkan sering) ‘ngga sesuai dengan kehendak, keinginan, cara pandang atau rancangan kita. Akan tetapi memang semestinya demikian, karena begitu pulalah pengalaman iman Nabi Yesaya yang mengatakan bahwa rancangan dan jalan Tuhan-lah yang akan terjadi terhadap manusia dan bukan sebaliknya (bdk. Yes 55:8).
Saulus yang Bertobat
Kisah pertobatan Saulus di dalam Kis 9:1-19, sudah tentu akrab bagi kita, yang intinya mengisahkan pertobatan Saulus, orang Yahudi dari Tarsus, Asia Kecil, yang dulunya adalah pembantai orang-orang yang mengikut ajaran Kristus. Namun kemudian, Yesus sendiri –secara langsung- kemudian bekerja atas diri Saulus dalam peristiwa perjalanan ke Damsyik, yang membawa Saulus ke dalam pertobatan, setelahnya ia lebih dikenal sebagai Rasul Paulus. Melihat kisah ini pertanyaan yang senada agaknya akan muncul, yakni: “mengapa harus Saulus “si pembantai” itu yang dipakai Tuhan? Apa ‘ngga ada orang lain yang lebih saleh dan lurus hidupnya?
Yesus Menolong Saulus dengan Cara-Nya
Dalam peristiwa perjalanan ke Damsyik nampaklah sebuah siratan konfrontasi antara Yesus dengan Saulus. Yesus menampakkan diri kepada Paulus dalan kemuliaan dan kuasa-Nya yang berdaulat. Hal ini dilakukan untuk menyadarkan Saulus akan ketidakberdayaannya dihadapan Allah. Yesus kemudian membongkar kesalahan dari Saulus, dengan sebuah pertanyaan dakwaan: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Jawaban Yesus yang mengatakan: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu” menjadi sebuah ledakan dahsyat dalam diri Saulus. Mengapa? Karena Saulus adalah orang yang taat beragama, yang menjalankan hukum Taurat dengan penuh kesungguhan (Flp 3:4-6). Saulus sadar bahwa tindakannya yang membantai orang-orang pengikut ajaran Kristus, dengan motivasi membungkam “kebohongan publik” mengenai kebangkitan Kristus adalah sebuah tindakan keliru. Berita kematian Kristus yang ditiupkan pemimpin agama ternyata keliru, karena ia sendiri telah bertemu langsung dengan Yesus yang telah bangkit.
Mengubah dan Memakai “Si Pembantai”
Yesus sudah mempunyai rencana-Nya yang indah bagi kehidupan Saulus. Yesus berkata kepada Ananias yang diutus-Nya untuk melayani Saulus, bahwa Saulus adalah “alat pilihan-Nya” untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Tidak main-main, Allah bahkan sudah memilih dia sejak dalam kandungan ibunya, dan mempersiapkan dia melalui berbagai kesempatan pendidikan dan pengalaman untuk mempersiapkan dia menjadi seorang pelayan yang berkualitas. Dalam rencana-Nya Tuhan bahkan membiarkan Saulus mewujudkan puncak dari kesalahan tindakannya, yaitu penganiaya yang ganas terhadap umat tebusan-Nya. Program-Nya ialah untuk “meremukkan” Saulus, membentuk dia menjadi seorang manusia baru.
Tuhan telah mengubah hidup Saulus secara total. Perjumpaan dengan Tuhan yang bangkit menjadi titik balik kehidupannya. Sejak itu, Tuhan telah mengubahnya dari seorang penganiaya jemaat menjadi seorang gembala yang setia dari jemaat Tuhan; dari seorang yang memiliki keagamaan yang natural dan terperangkap dalam kepalsuan agama menjadi seorang manusia baru yang memiliki keagamaan yang penuh kesejatian dalam Kristus. Di kemudian hari kita mendapati Paulus sebagai seorang yang memiliki integritas yang murni, seorang pelayan Injil yang setia, seorang penjabar kebenaran Injil Kristus yang cemerlang, seorang misionaris Kristus yang dipakai secara luar biasa untuk memenangkan banyak orang dan wilayah penting bagi kerajaan Allah. Paulus mewariskan kepada kita eksposisi Injil dan nasihat pastoral, dan teladan kehidupan serta pelayanan yang begitu berharga. Siapa sangka “si pembantai”, “pendosa” itu yang justru dipakai Tuhan?
Permenungan
Bertolak kepada judul di atas : “Mengapa Harus Saulus “Si Pembantai” itu yang dipakai Tuhan? Kita mendapatkan jawaban dari kisah pertobatan Saulus, bahwa kedaulatan Tuhan tidak bisa kita intervensi, Dia yang memiliki hak untuk memilih, memakai, dan menggunakan seseorang sebagai alat-Nya dalam memberitakan Kerajaan Allah. Sehingga, “si pembantai” Saulus kemudian diapakai sebagai alat Tuhan yang memenangkan jiwa banyak orang. Bahkan banyak sejarawan mencatat dan mengambil kesimpulan, bahwa keristenan menjadi sangat berkembang melalui peran Rasul Paulus.
Dalam kehidupan keseharian kita di dalam keluarga, gereja, dan masyarakat, kita cenderung “berani” mengambil hak intervensi Allah, dengan menghakimi orang lain atas dasar kacamata kita. Bukankah dengan demikian kita menjadi tidak sadar atas perbedaan kualitatif kita dengan Allah? Bahkan mungkin kita menjadi lebih bergaya “sok Hakim” ketimbang Yesus “ Sang Hakim Agung” itu. Kalau demikian, tepatlah kita seperti yang dipertanyakan oleh Yesus dalam Matius 7:3 : “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”
Selayaknya kita belajar kepada cara Yesus menolong Saulus, yakni dengan sebuah tindakan pastoral yang memanusiakan manusia: menyadarkan diri Saulus dan memberikan kepercayaan dalam menjalankan tugas memberitakan Firman Allah. Kalau hal ini terjadi di dalam kehidupan kita, maka kehidupan kita akan menjadi semakin indah, dengan “berjoget”, dan “bergoyang” bersama dalam sebuah persekutuan yang rukun (Mzm 133).

No comments:

Post a Comment